Binomedia.id – Jakarta. Industri asuransi jiwa Indonesia menutup triwulan ketiga 2025 dengan kinerja positif, ditandai pertumbuhan jumlah tertanggung dan penguatan perlindungan konsumen. Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) melaporkan perkembangan stabil yang menunjukkan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya perlindungan jangka panjang.
Ketua Dewan Pengurus AAJI, Budi Tampubolon, menyebutkan total tertanggung asuransi jiwa mencapai 151,56 juta orang hingga September 2025, atau tumbuh 12,8% secara tahunan.
“Angka ini menjadi sinyal bahwa masyarakat semakin memahami pentingnya perlindungan finansial keluarga di tengah dinamika ekonomi global dan domestik,” ujarnya.
Pertumbuhan tercatat pada dua segmen. Tertanggung individu naik menjadi 22,32 juta orang (tumbuh 16,9%), sementara tertanggung kumpulan mencapai 129,25 juta orang (tumbuh 12,1%).
#Pendapatan Industri dan Tren Premi
Pada periode Januari–September 2025, total pendapatan industri naik 3,2% menjadi Rp174,21 triliun. Namun, pendapatan premi terkoreksi tipis 1,1% menjadi Rp133,22 triliun akibat penurunan premi tunggal di tengah pemulihan daya beli masyarakat.
“Premi reguler justru tumbuh konsisten 5% menjadi Rp83,04 triliun, menandakan masyarakat memilih pembayaran berkala yang lebih aman dan terjangkau,” tambah Budi.
# Klaim Turun, Retensi Polis Membaik
Sepanjang sembilan bulan pertama 2025, industri membayarkan klaim dan manfaat sebesar Rp110,44 triliun kepada 6,92 juta penerima manfaat.
Menurut Ketua Bidang Kanal Distribusi dan Inklusi Tenaga Pemasar AAJI, Albertus Wiroyo, nilai klaim turun 7,9%, terutama disumbang penurunan klaim surrender sebesar 18,7%.
“Retensi polis semakin baik. Pemegang polis tidak lagi terburu-buru mencairkan polis untuk kebutuhan jangka pendek,” jelasnya.
Pada lini kesehatan, klaim turun 7,5% menjadi Rp19,35 triliun, dengan rata-rata klaim per orang turun dari Rp7 juta menjadi Rp6,07 juta, mengindikasikan membaiknya tata kelola manfaat kesehatan.
# Aset dan Investasi Tetap Kuat
Industri juga menunjukkan fondasi keuangan yang sehat. Total aset mencapai Rp648,58 triliun, tumbuh 3,2%.Sebanyak 88,1% di antaranya merupakan aset investasi senilai Rp571,40 triliun.
Ketua Bidang Operational of Excellence AAJI, Yurivanno Gani, menyebut hasil investasi tumbuh signifikan 25,5% menjadi Rp33,81 triliun, didorong penguatan pasar modal.
Komposisi penempatan investasi antara lain:
* SBN: kontribusi 41,5% (Rp236,88 triliun), tumbuh 15,2%
* Saham: kontribusi 21,8% (Rp124,57 triliun), turun 14%
* Reksadana: kontribusi 12,4% (Rp70,60 triliun), turun 2,4%
* Sukuk Korporasi: kontribusi 9,4% (Rp53,92 triliun), naik 16%
* Deposito: kontribusi 5,8% (Rp33,17 triliun), turun 4,1%
“Dominasi produk tradisional mendorong industri memilih instrumen berisiko rendah dan berjangka panjang,” ujarnya.
# Arah Transformasi Menjelang 2026
AAJI menegaskan komitmen untuk memperkuat ekosistem industri yang berlandaskan tata kelola baik dan perlindungan konsumen. Industri akan fokus pada tiga pilar transformasi pada 2026:
1. Penguatan tata kelola dan penerapan PSAK 117 serta POJK 26/2025
2. Penyempurnaan ekosistem asuransi kesehatan
3. Pengembangan SDM kompeten sesuai peta jalan 2023–2027 dan POJK 34/2024
Sebagai langkah konkret, AAJI tengah merampungkan pembentukan *Centre of Excellence (CoE)* di Grha AAJI sebagai pusat pembelajaran berbasis standar nasional dan internasional.
“Melalui CoE, kami ingin melahirkan tenaga pemasar dan pemimpin industri yang kompeten, berintegritas, dan berdaya saing global,” tutup Budi. (why)
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Binomedia.id












