binomedia.id – Jakarta. Sebagai bentuk kepedulian terhadap kesehatan masyarakat sekaligus memperingati Bulan Kesadaran Kanker Hati yang jatuh setiap bulan Oktober, AstraZeneca Indonesia bersama dengan Siloam Hospitals Kebon Jeruk menyelenggarakan kegiatan edukatif bertajuk “Cancer Talk: Understanding Hepatocellular Carcinoma” di Jakarta, Kamis (23/10/2025).
Di Indonesia, tantangan terbesar dalam penanganan kanker hati terletak pada rendahnya kesadaran terhadap deteksi dini dan pencegahan, serta tingginya angka infeksi Hepatitis B dan C yang belum terdiagnosis. Akibatnya, banyak pasien baru menyadari kondisinya ketika penyakit sudah mencapai tahap lanjut karena gejala awal yang tidak khas atau samar. Inisiatif ini menjadi wujud komitmen bersama untuk meningkatkan literasi kesehatan masyarakat mengenai kanker hati, khususnya Hepatocellular Carcinoma (HCC), sehingga dapat mendukung perjalanan pasien secara menyeluruh hingga akses terhadap perawatan terpadu yang berfokus pada peningkatan kualitas hidup.
Feddy, Medical Director AstraZeneca Indonesia, menyampaikan, ”Sebagai perusahaan biofarmasi global berbasis sains, AstraZeneca senantiasa berkomitmen memperluas akses terhadap terapi inovatif dan mendukung transformasi sistem kesehatan yang tangguh, berkelanjutan, dan berpusat pada pasien.“
“Sejalan dengan semangat What Science Can Do, kami terus menghadirkan edukasi publik dan inovasi ilmiah yang memberikan harapan baru bagi pasien kanker hati di Indonesia, terutama bagi mereka yang sebelumnya memiliki pilihan pengobatan terbatas. Sinergi lintas sektor antara tenaga medis, pembuat kebijakan, dan masyarakat menjadi kunci untuk memastikan pasien mendapatkan terapi yang tepat, di waktu yang tepat.,”tambah dr.Feddy.
Pada kesempatan yang sama Inge Samadi, Executive Director Siloam Hospitals Kebon Jeruk juga menyampaikan,“Siloam terus memperkuat langkah pencegahan dan penanganan penyakit kritis. Dengan deteksi dini, teknologi, dan kolaborasi lintas disiplin, kami ingin mendampingi masyarakat menuju kesembuhan yang lebih cepat dan lebih baik. Banyak pasien datang dalam kondisi sudah lanjut karena gejala awal yang tidak disadari. Melalui Cancer Talk ini, kami ingin memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai apa itu kanker hati, siapa yang berisiko, serta gejala yang perlu diwaspadai,”
Kanker Hati Masih Jadi Tantangan Serius di Indonesia
Kanker hati merupakan salah satu kanker paling mematikan di dunia. Berdasarkan data GLOBOCAN 2022, kanker hati menempati peringkat keenam sebagai kanker paling umum dan penyebab kematian akibat kanker ketiga tertinggi di dunia, dengan sekitar 866.136 kasus baru dan 758.725 kematian akibat kanker hati di setiap tahunnya.
Di Indonesia, kanker hati menempati peringkat keenam dengan lebih dari 23.800 kasus baru dan 23.383 kemarian per tahnun, menjadikannya penyebab kematian akibat kanker tertinggi kedua setelah kanker paru. Angka kelangsungan hidup lima tahun pasien juga masih rendah, hanya sekitar 1,7%, menegaskan pentingnya deteksi dini, vaksinasi Hepatitis B, dan pemeriksaan fungsi hati secara rutin.
Kanker hati terbagi menjadi dua tipe utama, yaitu kanker hati primer dan kanker hati sekunder. Jenis yang paling sering ditemukan adalah karsinoma sel hati (hepatocellular carcinoma/HCC), yang mencakup sekitar 85–90% dari seluruh kanker hati primer. Penyakit ini sering kali tidak menimbulkan gejala jelas pada tahap awal, sehingga diagnosis dini menjadi tantangan besar. Faktor risiko utama seperti infeksi kronis Hepatitis B dan C, sirosis hati, serta perlemakan hati (fatty liver) masih banyak ditemukan di masyarakat.
Angka ini menegaskan pentingnya deteksi dini, vaksinasi Hepatitis B, dan pemeriksaan fungsi hati rutin untuk menekan beban penyakit di masyarakat.
Dr. dr. Jeffry Beta Tenggara, SpPD-KHOM menjelaskan, “Hati merupakan organ vital yang berperan dalam metabolisme, detoksifikasi, dan penyimpanan energi tubuh. Ketika fungsi hati terganggu akibat kanker, dampaknya bisa sangat luas mulai dari penurunan daya tahan tubuh hingga gangguan sistem metabolik yang mengancam nyawa.”
“Karena itu, menjaga kesehatan hati bukan hanya penting, tapi krusial. Ketika hati terus-menerus terluka, jaringan parut terbentuk dan bisa berkembang menjadi kanker. Karena gejalanya sering tidak terasa di awal, deteksi dini menjadi sangat penting. Selain itu, pemilihan terapi yang sesuai dengan kondisi pasien sangatlah penting, seperti apakah ada komorbiditas, risiko perdarahan, atau hal-hal lain yang memengaruhi kemampuan tubuh pasien mentoleransi dan berespons terhadap obat.” ujar Dr. Jeffry.
Dalam praktik klinis, HCC diklasifikasikan ke dalam tiga stadium utama, yaitu
- Stadium awal dimana tidak ada gejala sehingga kanker sangat sulit dideteksi padahal tingkat kelangsungan hidup dalam lima tahun mencapai lebih dari 93%. Terapi utama yang dapat dilakukan adalah operasi dan transplantasi hati.
- Stadium menengah dimana 30% penderita kanker hati terdiagnosa, kanker sudah menyebar namun masih dapat dikendalikan. Terapi utama dapat dilakukan embolisasi, ablasi dan radioterapi.
- Stadium yang tidak dapat dioperasi ini lebih beragam, baik dari stadium awal hingga lanjut. Terapi sistemik menjadi jalan satu satunya untuk stadium ini. Terapi sistemik seperti imunoterapi kombinasi menjadi pilihan utama.
Penting untuk diketahui bahwa hanya sekitar 20–30% pasien HCC yang memenuhi syarat untuk tindakan operasi (resectable), karena keterbatasan fungsi hati, lokasi tumor, atau kondisi medis lainnya. Hal ini menjadikan terapi sistemik sebagai pilihan utama bagi pasien dengan uHCC (unresectable HCC), yaitu jenis kanker hati yang tidak dapat dioperasi.
“Pemberian imunoterapi dapat memberikan harapan baru bagi pasien HCC yang tidak dapat dioperasi,” tambah Dr. Jeffry, merujuk pada pendekatan imunoterapi yang kini menjadi standar baru dalam pengobatan uHCC.
Kemajuan ilmu pengetahuan telah membuka jalan bagi terapi yang lebih efektif bagi pasien dengan kanker hati stadium lanjut (unresectable HCC/uHCC). Dimulai dengan adanya kombinasi imunoterapi dengan terapi target yang menunjukkan peningkatan angka kesintasan. Kemudian, dilanjutkan studi global menunjukkan bahwa kombinasi imunoterapi memberikan peningkatan signifikan pada angka kelangsungan hidup pasien.
Dalam salah satu studi yang mengkombinasikan dua imunoterapi yang memiliki cara kerja berbeda, misalnya, satu dari lima pasien yang menerima terapi kombinasi ini masih bertahan hidup hingga tahun kelima setelah pengobatan, menjadikannya salah satu terobosan terbesar dalam tata laksana HCC secara global.
Sejalan dengan bukti ilmiah tersebut, panduan klinis internasional seperti NCCN, EASL, dan PAN-ESMO kini merekomendasikan pendekatan multidisipliner dan penggunaan kombinasi imunoterapi sebagai terapi lini pertama bagi pasien dengan kanker hati stadium lanjut (uHCC).
Kemajuan ini merupakan hasil sinergi antara fasilitas layanan kesehatan dan industri biofarmasi seperti AstraZeneca, yang terus menghadirkan solusi berbasis sains untuk memperluas akses terhadap pengobatan yang efektif dan berpusat pada pasien.
Saat ini, terapi inovatif untuk kanker hati telah tersedia di beberapa rumah sakit dalam jaringan Siloam Hospitals Group, termasuk Siloam Hospitals Kebon Jeruk. Melalui Siloam Oncology Center, pasien dapat mengakses terapi modern seperti imunoterapi berbasis checkpoint inhibitor, targeted therapy generasi terbaru, radioembolization, serta prosedur ablasi dan embolisasi minimal invasif.
Seluruh layanan dilakukan oleh tim multidisiplin yang terdiri dari dokter onkologi medik, bedah digestif, radiologi intervensi, dan hepatologi, dengan dukungan fasilitas diagnostik canggih seperti PET-CT Scan, MRI multiphasic, dan laboratorium biomarker molekuler. Pendekatan ini memastikan pasien mendapatkan penanganan yang terintegrasi, presisi, dan berbasis bukti ilmiah terbaru.
Upaya Pencegahan Kanker Hati
Penerapan gaya hidup sehat, pola makan seimbang, menjaga berat badan ideal, serta vaksinasi Hepatitis B menjadi poin penting yang ditekankan dalam diskusi ini sebagai langkah nyata mencegah risiko kanker hati di masa depan.
Sebagai bagian dari jaringan Siloam International Hospitals, Siloam Hospitals Kebon Jeruk secara konsisten menyelenggarakan program edukasi kesehatan untuk meningkatkan literasi medis masyarakat. Program Cancer Talk merupakan bagian dari komitmen berkelanjutan Siloam dalam memperkuat upaya pencegahan dan deteksi dini penyakit kritis, sekaligus mendukung target pemerintah dalam menurunkan angka kematian akibat kanker di Indonesia.
Sejalan dengan semangat yang sama, AstraZeneca Indonesia berkomitmen mendukung upaya pemerintah dalam mentransformasi tata laksana kanker hati, dari yang semula berfokus pada pengobatan menjadi berorientasi pada pencegahan dan pendekatan menyeluruh. Melalui kolaborasi strategis dengan berbagai mitra, termasuk jaringan rumah sakit Siloam, AstraZeneca terus menghadirkan inovasi ilmiah dan memperluas akses terhadap terapi inovatif yang berpusat pada pasien.
Sinergi antara Siloam Hospitals Kebon Jeruk dan AstraZeneca Indonesia dalam forum seperti Cancer Talk mencerminkan komitmen bersama untuk menjembatani masyarakat dengan para ahli medis agar informasi yang tepat, ilmiah, dan mudah dipahami dapat tersampaikan dengan baik. Keduanya percaya bahwa edukasi kesehatan yang berkesinambungan adalah langkah awal menuju masyarakat yang lebih sehat dan lebih sadar akan pentingnya pemeriksaan rutin. (rls/sh)
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Binomedia.id













