binomedia.id – Jakarta. Kanker empedu merupakan salah satu jenis kanker paling agresif dan berisiko tinggi, namun masih belum banyak dikenal masyarakat luas. Untuk meningkatkan literasi kesehatan serta kesadaran akan pentingnya deteksi dini, AstraZeneca Indonesia menyelenggarakan sesi edukasi publik sebagai bagian dari komitmen perusahaan dalam memajukan penanganan kanker yang kompleks ini.
Esra Erkomay, Presiden Direktur AstraZeneca Indonesia mengatakan, “Sebagai perusahaan biofarmasi global, AstraZeneca berkomitmen untuk mendukung pemerintah Indonesia dalam penanganan penyakit tidak menular, termasuk kanker. Salah satu fokus kami adalah edukasi kesehatan mengenai kanker, termasuk kanker saluran empedu, sebagai langkah penting dalam meningkatkan kesadaran masyarakat. Kurangnya pemahaman dan kesadaran terhadap kanker empedu masih menjadi tantangan utama dalam penanganannya, sehingga banyak pasien baru terdiagnosis ketika sudah berada pada stadium lanjut.”
Kurangnya Kesadaran, Ancaman yang Nyata
Kanker empedu adalah kondisi di mana terjadi pertumbuhan sel abnormal dan tidak terkendali pada organ empedu. Kanker empedu dibagi menjadi dua jenis, yaitu kanker kantong empedu (gallbladder cancer) dan kanker saluran empedu (cholangiocarcinoma).
Kanker kantong empedu terjadi pada organ kecil yang menyimpan empedu untuk pencernaan dan menyalurkannya ke organ-organ saluran cerna dan sering kali tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Hal ini menyebabkan diagnosis cenderung terlambat, ketika penyakit telah menyebar ke organ lain dan peluang kesembuhan semakin menurun. Sementara itu, kanker saluran empedu terjadi pada saluran empedu, yaitu tabung-tipis yang menghubungkan hati, kantong empedu, dan usus kecil. Kanker saluran empedu dapat dibagi lagi menjadi tiga jenis berdasarkan lokasinya: perihilar (di dekat persimpangan saluran empedu), distal (di dekat usus kecil), dan intrahepatik (di dalam hati), dimana sebanyak 15-20% penyebab dari kanker hati disebabkan oleh kanker saluran empedu (kolangiokarsinoma) intrahepatik.
Menurut data GLOBOCAN 2022, di seluruh dunia, ditemukan 627 kasus baru kanker kantong empedu setiap tahunnya dengan angka kematian 432 jiwa; sementara itu, diperkirakan sekitar 3.570 kasus baru kanker pada saluran empedu (~15% dari kanker hati) diperkirakan terjadi setiap tahunnya.

Kenali Gejala dan Faktor Risikonya
Prof. Dr. dr. Ikhwan Rinaldi, Sp.PD-KHOM, M.Epid, M.Pd.Ked., FINASIM, FACP, mengungkapkan bahwa gejala awal kanker empedu kerap disalahartikan atau tidak disadari. Gejala tersebut meliputi nyeri di perut kanan atas, penyakit kuning, urin gelap, tinja pucat, mual, penurunan berat badan tanpa sebab, hingga gatal-gatal.
Adapun faktor risikonya meliputi batu empedu, infeksi parasit, kelainan saluran empedu, penyakit hati kronis seperti sirosis dan hepatitis, usia lanjut, obesitas, riwayat keluarga, serta paparan bahan kimia tertentu. “Penting untuk dipahami bahwa memiliki satu atau lebih faktor risiko bukan berarti pasti terkena kanker, namun kewaspadaan dan pemeriksaan rutin sangat disarankan,” ujar Prof. Ikhwan.

Gejala dan Faktor Risiko Kanker Empedu
Deteksi Dini dan Penanganan Multidisiplin
Deteksi dini merupakan kunci. Pemeriksaan seperti USG, CT scan, MRI, dan tes fungsi hati dapat membantu mendeteksi secara akurat sebelum kanker berkembang lebih jauh. Penanganannya pun idealnya melibatkan pendekatan multidisiplin—dari hepatolog, onkolog, ahli bedah, patolog, hingga nurse navigator—untuk memastikan pasien mendapatkan terapi yang menyeluruh dan terkoordinasi.
Terobosan Pengobatan dengan Imunoterapi
Terapi kanker kini telah memasuki era inovasi. Di Indonesia, pengobatan berbasis kombinasi imunoterapi dengan kemoterapi telah tersedia dan menunjukkan hasil menjanjikan. Kombinasi ini memperkuat sistem imun sekaligus menyerang sel kanker secara langsung, membuka harapan baru bagi pasien stadium lanjut. “Terapi ini menjadi salah satu opsi yang menjanjikan dalam meningkatkan kelangsungan hidup pasien,” kata Prof. Ikhwan.
Esra Erkomay menambahkan, “Kami percaya setiap pasien berhak atas pengobatan terbaik, termasuk terapi inovatif yang terbukti secara ilmiah. Melalui kemitraan erat dengan tenaga kesehatan, komunitas, dan regulator, kami akan terus mendorong akses yang lebih luas terhadap terapi berkualitas tinggi.”
Dengan kolaborasi lintas sektor, edukasi berkelanjutan, dan pemanfaatan teknologi medis terkini, diharapkan perjalanan pasien kanker empedu di Indonesia menjadi lebih terang. Saatnya masyarakat memahami risikonya dan mengambil tindakan proaktif, karena langkah kecil hari ini dapat menyelamatkan hidup esok hari. (tar)
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Binomedia.id