binomedia.id – Jakarta. Indonesia Civil Society Forum (ICSF) 2025 sukses mengadakan Forum Konsolidasi Gerakan Muda untuk pertama kalinya yang bertajuk FESTIVIS (Festival Aktivis Muda dalam Gerakan Sosial Indonesia). FESTIVIS merupakan kegiatan yang diinisiasi oleh Pamflet Generasi, dengan melibatkan lima pegiat sosial muda sebagai aktor sekaligus pemantik dan 100 orang muda sebagai audiens sekaligus spect-actor.
FESTIVIS merupakan salah satu rangkaian kegiatan dari ICSF 2025 yang mengambil tema “Membela Demokrasi, Menuntut Keadilan: Menaut Gerakan Masyarakat Sipil”. ICSF menjadi forum yang diselenggarakan oleh kelompok masyarakat sipil untuk memperkuat pilar demokrasi di tengah tantangan yang semakin kompleks, termasuk melibatkan orang muda dari berbagai latar belakang. FESTIVIS hadir sebagai wadah gerakan orang muda untuk isu-isu keadilan sosial di Indonesia. Pertama, adanya fragmentasi gerakan masyarakat sipil maupun lembaga pemerintahan, termasuk yang dipimpin oleh kelompok orang muda. Kedua, organisasi masyarakat sipil (OMS) Indonesia yang membutuhkan regenerasi, tetapi terdapat “jurang pemisah” antara generasi senior dan orang muda. Dan ketiga, timbulnya keresahan kolektif terhadap isu sosial pada gerakan orang muda, tetapi kesulitan menemukan sumber daya bahkan wadah yang tepat dan berkelanjutan.
“Di tengah dinamika gerakan sipil saat ini, khususnya di kalangan orang muda, terdapat kebutuhan mendesak bagi organisasi masyarakat sipil untuk terus beradaptasi dan meregenerasi diri. FESTIVIS hadir sebagai upaya merespon tantangan tersebut dengan memantik percakapan kolektif tentang posisi dan peran strategis orang muda dalam gerakan sosial Indonesia kontemporer. Dalam kegiatan ini, kami menggunakan bentuk teater forum sebagai metode yang mendorong eksperimentasi taktik dan dialog demokratis, sehingga harapannya kegiatan ini dapat menginspirasi kolaborasi lintas-isu di kalangan aktivis muda yang saat ini cenderung bekerja secara terpisah sesuai fokus masing-masing,” kata Teliana Juwita selaku Staf Divisi Youth Movement, Pamflet Generasi.

FESTIVIS menggunakan konsep teater forum oleh Augusto Boal, di mana penonton menjadi spect-actor yang dapat menggantikan tokoh, mengubah adegan, dan menegosiasikan kekuasaan di atas panggung. Kegiatan ini memfasilitasi lima pegiat sosial muda dari berbagai latar belakang yang berperan sebagai aktor sekaligus pemantik dalam teater forum, di antaranya meliputi Eno Liska Walini, I Gede Oka Kertiyasa, Alva Maldini, Samudra Hamonangan, dan Annisa Nurul Hidayah Surya.
Eno Liska Walini, salah satu aktor pemantik teater forum FESTIVIS, mengangkat isu kriminalisasi. Ia menceritakan proses penggalian cerita yang dilakukan secara kolektif bersama keempat aktor pemantik lainnya dan Teater Noir selaku fasilitator. Eno juga membagikan sejumlah refleksi yang ditemukan ketika mempersiapkan diri untuk hadir di panggung. “Kami mengangkat isu yang berangkat dari keresahan kami masing-masing. Apalagi selama satu tahun terakhir ini, kita sebagai orang muda menghadapi banyak sekali hal-hal tidak terduga, termasuk menyaksikan kawan-kawan yang ditahan bahkan diburu sampai hari ini. Dari sekian banyak kasus yang terjadi, yang bisa menyelamatkan kita hanyalah solidaritas,” ujar Eno.
Selain kelima aktor, teater forum FESTIVIS juga memfasilitasi partisipan sebagai spect-actor dari berbagai jaringan untuk membangun ruang latihan strategis, menguji intervensi sosial, dan merumuskan langkah aksi kolektif. Hal inilah yang menjadi keunikan tersendiri bagi FESTIVIS dengan forum-forum konsolidasi orang muda lain pada umumnya. “Kami mengapresiasi teman-teman Pamflet Generasi dan beberapa pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan FESTIVIS melalui teater forum. Sebagai perempuan dan orang muda, forum dengan cara baru ini justru menjadi medium transformasi sosial kelompok yang lebih rentan dan termarjinalkan, terutama orang muda dengan ragam identitas dan pengalaman Sehingga, mereka dapat berpartisipasi secara bermakna dan bisa menentukan arah gerakan sosial di Indonesia,” ungkap Putri Gemma Guntari selaku Sekretaris Nasional, Youth Interfaith Forum on Sexuality (YIFoS) Indonesia yang juga menjadi spect-actor.
Hal serupa disorot oleh muhammad raafi, pegiat muda keadilan iklim, yang membagikan beberapa tantangan yang kerap dihadapi oleh gerakan orang muda di forum-forum formal. “Dalam konteks gerakan iklim, partisipasi orang muda masih sering bersifat simbolis. Padahal, generasi mudalah yang akan menanggung dampak jangka panjang dari krisis iklim dan memiliki hak untuk terlibat bermakna dalam perumusan kebijakan yang membentuk masa depan mereka. Sudah saatnya ruang partisipasi yang lebih inklusif dan substantif diberikan kepada suara-suara orang muda dalam proses pengambilan keputusan,” ujar raafi.
Selain teater forum, FESTIVIS juga menghadirkan Galeri FESTIVIS yang menampilkan dua jenis instalasi karya seni dan satu bilik foto. Pada instalasi utama, partisipan dapat melihat empat lembar tirai besar yang difasilitasi oleh kolektif seni Girls Pay The Bills (GBTB), di mana terdapat pertanyaan-pertanyaan reflektif mengenai pengalaman para partisipan selaku masyarakat sipil. Partisipan dapat berinteraksi dengan melukiskan jawabannya secara langsung pada tirai-tirai tersebut.
Instalasi lainnya, difasilitasi oleh YAPPIKA, salah satu kelompok masyarakat sipil dalam penyelenggaraan ICSF 2025, menyajikan beberapa figur gerakan sipil untuk mengenang jasa mereka dalam aksi-aksi sosial yang sudah berjalan sebelumnya. Salah satunya adalah Maria Catarina Sumarsih, pegiat Hak Asasi Manusia (HAM) yang sudah aktif mengikuti aksi Kamisan sejak tahun 2007 dengan menyuarakan beberapa tuntutan untuk negara terkait pelanggaran HAM berat di Indonesia seperti Tragedi Semanggi, Trisakti, Tragedi 13-15 Mei 1998, Peristiwa Tanjung Priok, Peristiwa Talangsari 1989, dan lain-lain.
Kemudian, ada juga bilik foto photocozine yang difasilitasi oleh kolektif seni cetak Lazy Sunday, di mana partisipan dapat mengambil foto sekaligus mendapatkan lembaran cetak yang sudah disertai oleh selebaran informatif mengenai kegiatan teater forum FESTIVIS. Melalui kegiatan seperti FESTIVIS, diharapkan forum-forum konsolidasi gerakan orang muda ke depannya dapat menjadi ruang aman untuk berlatih demokrasi, mengambil keputusan bersama, dan menyatukan visi gerakan sosial bersama untuk masa depan.
“Kami berharap agar orang muda Indonesia melihat FESTIVIS sebagai kesempatan untuk berkoneksi dan membangun solidaritas berkelanjutan dengan cara kreatif sekaligus interventif. Yakni, metode-metode gerakan yang tidak hanya mengakui keresahan satu sama lain, tetapi juga merawat imajinasi kolektif tentang kehidupan sosial yang lebih baik. Kami juga berharap kegiatan seperti FESTIVIS bisa diaplikasikan di berbagai daerah, sehingga lebih banyak orang muda punya akses ke ruang keterlibatan yang inklusif dan bermakna,” tutup Teliana. (rls/sh)
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Binomedia.id










