Binomedia.id – Jakarta. Sebuah kejutan besar muncul di ajang RedAI Triathlon 2025, kompetisi kecerdasan buatan berskala nasional yang digelar Red Asia Group bersama Amazon Web Services (AWS) pada 14 November 2025. Di tengah puluhan peserta berpengalaman—mulai dari founder, CEO, hingga senior engineer—dua dari tiga posisi teratas justru diraih oleh engineer junior dan mahasiswa tingkat akhir.
Fenomena ini menjadi penanda kuat bahwa gelombang talenta AI Indonesia kini dipimpin oleh generasi muda, khususnya Gen Z, yang tampil mendominasi arena kompetisi berbasis performa nyata tersebut.
# Gen Z Tunjukkan Keunggulan
Data penyelenggara menunjukkan sebagian besar peserta berasal dari kelompok *early career*, termasuk intern, mahasiswa, dan engineer dengan pengalaman 1–3 tahun. Namun yang mengejutkan adalah cara mereka mengungguli peserta yang jauh lebih senior.
Dalam final berdurasi empat jam yang mencakup debugging, penambahan fitur, hingga pembangunan prototipe AI fungsional, para peserta muda tampil lebih lincah, adaptif, dan cepat dalam pengambilan keputusan—keterampilan yang menjadi penentu utama keberhasilan.
“kompetisi ini menjadi wake-up call bahwa AI adalah ruang permainan baru di mana keberanian bereksperimen dapat bersaing dengan lamanya pengalaman,” ujar Damon Hakim, Managing Partner Red Asia Group.
CEO Insignia AI, Richard Ho, menambahkan, “Masa depan AI Indonesia sedang dibentuk oleh para builder muda yang berani menguji batas kemampuan. Mereka sudah siap bersaing di level global.”
# Pergeseran Lanskap Talenta AI
Fenomena ini menciptakan sejumlah implikasi bagi ekosistem teknologi Indonesia:
1. AI Tidak Lagi Elitis
Keahlian AI kini dapat diakses secara mandiri melalui komunitas, kompetisi, dan platform belajar online, sehingga mahasiswa dan intern mampu mengejar—bahkan melampaui—praktisi senior.
2. Learning Agility Unggul dari Senioritas
Format triathlon yang menekankan kreativitas cepat dan eksekusi end-to-end lebih cocok dengan gaya kerja Gen Z yang eksploratif dan adaptif.
3. Rekrutmen Perlu Bertransformasi
Kompetisi berbasis kemampuan aktual dinilai lebih akurat daripada CV dalam mengukur kompetensi engineer AI masa kini.
# Format Kompetisi yang Meniru Proyek Nyata
RedAI Triathlon 2025 dirancang menyerupai tekanan pekerjaan AI di dunia nyata. Kompetisi terdiri dari tiga babak—bug-fix sprint, integrasi modul kompleks, dan pembuatan prototipe AI—yang harus diselesaikan dalam waktu empat jam non-stop.
Pemenang mendapatkan total hadiah Rp 32 juta, voucher sertifikasi AWS, dan peluang karier di berbagai unit bisnis Red Asia Group.
# Visi Red Asia Group: Mendorong Generasi AI Indonesia
Melalui unit Insignia (AI consultancy), Salt (technology development), dan Redcomm (marketing transformation), Red Asia Group menyatakan komitmennya membangun ekosistem AI nasional yang kuat dan berkelanjutan.
“Kami melihat gelombang engineers baru yang cepat dan berani berpikir beda. Mindset ini yang akan mendorong Indonesia melompat lebih jauh dalam AI,” ujar Damon Hakim.
Co-Founder Salt, Marco Widjojo, menegaskan bahwa pintu menuju dunia AI kini terbuka lebar bagi talenta muda Indonesia.
“Ini era baru. Dengan AI, kompetisi lebih setara: bukan lagi soal siapa yang paling lama bekerja, tetapi siapa yang paling cepat belajar dan membangun.” (why)
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Binomedia.id












