Binomedia.id – Alexis Hotel, yang dikelola oleh PT. Grand Ancol Hotel, telah berakhir masa izin usahanya pada Maret 2018. Pemerintah Kota DKI Jakarta tidak memperpanjang izin tersebut karena manajemen Alexis dinyatakan melanggar Perda Nomor 6 Tahun 2015 tentang Kepariwisataan dan Pasal 55 Pergub Nomor 18 Tahun 2018. Pemerintah menemukan praktik prostitusi dan perdagangan orang di tempat hiburan tersebut. Meskipun kini bangunan Alexis telah digantikan oleh bangunan lain, puing-puing kenangan masih membekas di benak seorang penulis puisi, Wildan Chopa Al-Buchory.
Wildan kehilangan mantan kekasihnya, Adriana Lettucia Rezha, pada 6 Agustus 2021. Rezha, seorang mantan poldancer, pernah beberapa kali tampil di Alexis Hotel, yang dimiliki oleh pengusaha Tirta. Bahkan, beberapa bulan sebelum Alexis Hotel ditutup, Wildan sering diajak ke sana oleh Rezha, meskipun ia beberapa kali menolak. Saat itu, Wildan sedang menulis sebuah novel tentang tempat hiburan malam di Jakarta yang bertajuk “Kuda Nonggeng Membelah Jakarta.”
Setelah itu, hubungan mereka sempat berakhir. Rezha, yang akrab dipanggil Rezha, menikah dengan seorang radiografer asal Malaysia dan menetap di Negeri Jiran. Namun, rumah tangga mereka tidak berjalan mulus. Setelah menjadi mualaf pada tahun 2019, Rezha memutuskan untuk bercerai dan kembali ke tanah air pada tahun 2020. Ia memulai hidup baru dan kembali menjalin hubungan dengan Wildan hingga mereka memutuskan untuk menikah pada tahun 2021. Namun, takdir berkata lain; Rezha meninggal sebelum pernikahan itu terjadi pada 6 Agustus 2021.
Untuk mengenang Rezha, Wildan Chopa Al-Buchory menulis sebuah buku puisi yang diberi judul “Mawar Merah di Atas Pusara.” Buku ini akan diluncurkan pada ulang tahun Rezha yang ke-32, yaitu pada tanggal 5 September 2024, sekaligus memperingati kepergiannya. Buku puisi ini berisi 51 puisi yang sebagian besar ditulis oleh Wildan untuk Rezha, perempuan yang telah menemaninya menjelajahi malam kota Jakarta. Di dalamnya, juga terdapat kenangan Wildan akan Alexis Hotel, tempat yang pernah memperkenalkannya pada sisi gelap kehidupan malam di Jakarta.
Ketika saya menemui Wildan di tempat tinggalnya di daerah Blok M, ia menunjukkan tulisan tangan Rezha yang masih ia simpan. Tulisan tersebut akan dicantumkan di bagian akhir buku Mawar Merah di Atas Pusara. Dalam tulisan itu, Rezha bercerita tentang awal pertemuannya dengan Wildan 15 tahun lalu di Pinang Ranti, Jakarta Timur. Mereka sempat berpisah karena mengejar mimpi masing-masing dan kemudian bertemu kembali pada tahun 2007 ketika Wildan sedang meriset novel Kuda Nonggeng. Bahkan, Wildan menolak untuk kembali diajak ke Alexis Hotel karena ia tidak ingin menyaksikan sendiri wanita yang dicintainya, serta wanita lain di sana, diperlakukan secara tidak manusiawi. Hingga saat ini, bait-bait kenangan itu masih terpatri dalam benaknya, seiring dengan kenangan indahnya bersama “malaikat bersayap rapuh,” Adriana Lettucia Rezha.
Mawar Merah di Atas Pusara
Di puing-puing Alexis, kutemukan bayangmu,
Tarianmu yang tak lagi bersuara,
Di antara gemerlap lampu, senyummu tersisa,
Kini hanya kenangan, hening dalam dada.
Aku pernah menolak, menatap dunia palsu itu,
Kau ajak aku, namun hati ini bisu,
Di lorong-lorong gelap, aku takut kehilangan,
Karena di surga dunia, cinta kita terperangkap.
Kita bertemu lagi, setelah jalan terpisah,
Kau datang kembali, membawa kisah lama,
Namun Tuhan lebih mencintaimu,
Membawamu pergi sebelum janji terucap.
Kini kau tiada, namun cintamu abadi,
Mawar merah kuletakkan di pusaramu,
Setiap bait puisi ini, kutulis dengan airmata,
Untuk mengenangmu, kekasih, yang telah pergi.
Alexis mungkin hilang, namun kau tetap di hati,
Seperti mawar merah yang takkan layu,
Dalam kenangan yang takkan pudar,
Kau tetap bersinar, di setiap bait puisi ini.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Binomedia.id