Binomedia.id – Jakarta. Budaya Betawi semakin tergerus akibat derasnya arus globalisasi dan modernisasi. Sayangnya, sistem pendidikan formal di Jakarta belum memberikan perhatian yang cukup terhadap pelestarian budaya ini, karena belum adanya modul atau mata pelajaran wajib yang secara khusus membahas Budaya Betawi. Menanggapi kondisi tersebut, RUNCING (Ruang Belajar Untuk Cilincing), sebuah program non-thesis yang berada di bawah naungan LSPR Institute dengan berfokus pada tujuan SDG nomor 4: Pendidikan Berkualitas, menyelenggarakan kegiatan #BerbudayeDiCilincing dalam bentuk kegiatan pengajaran interaktif bersama SMPN 290 Marunda, Cilincing, di Museum Kebaharian Jakarta, Rumah Si Pitung, Marunda, Jakarta Utara.
Kegiatan ini bertujuan mengajak siswa-siswi untuk lebih peduli terhadap pelestarian budaya Betawi melalui kegiatan pengajaran yang dibagi menjadi 6 pos dengan tema Budaya Betawi.
Pengajaran ini dibagi menjadi 6 pos berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 11 Tahun 2017 tentang pelestarian ikon budaya Betawi. Pos-pos pembelajaran ini akan dijalankan secara paralel, sehingga siswa-siswi akan merasakan pengalaman langsung di setiap posnya.
Pos ini dibagi menjadi: Tour Rumah Si Pitung, Tari Nandak & Silat, Demo Masak Betawi, Baju Adat Betawi, Alat Musik Betawi, dan Kerajinan Tangan Ondel-Ondel. Kegiatan ini mendapatkan dukungan penuh dari Dinas Kebudayaan Jakarta Utara, dalam bentuk memberikan dukungan alat musik Betawi beserta guru pengajarnya yang dapat ditampilkan dalam pos pengajaran alat musik.
Selain Dinas Kebudayaan Jakarta Utara, kegiatan RUNCING #BerbudayeDiCilincing ini juga mendapatkan dukungan dari Suku Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jakarta Utara (Parekraf Jakut) dalam bentuk mengutus 2 pasang Abang None Jakarta Utara per harinya sebagai pengajar di pos Tari Nandak & Silat dan Baju Adat Betawi.
Sebagai ketua program RUNCING, Thendrian Liunardi, menjelaskan nilai utama dari kegiatan ini yang tidak hanya berfokus pada edukasi, tetapi juga pelestarian situs budaya lokal. “Runcing dengan konsep baru ini, yakni #BerbudayeDiCilincing untuk mengenalkan budaya Betawi, melalui siswa siswi SMPN 290. Lewat pendekatan yang menyenangkan dan interaktif, kami ingin menunjukkan bahwa ada loh tempat wisata budaya Betawi di Cilincing dan belajar budaya itu bisa seru”.
Bu Devi, selaku mitra RUNCING dan Kepala Sekolah dari SMPN 290 Marunda Cilincing menyatakan bahwa turut merasa bangga, dan mendukung program RUNCING ini karena memang tidak ada mata pelajaran khusus untuk budaya Betawi.
Kegiatan ini juga mendapat dukungan dari Unit Pengelola Museum Kebaharian Jakarta yang menaungi Situs Marunda Rumah Si Pitung. “RUNCING (Ruang Belajar Untuk Cilincing) itu singkatannya. Tapi menurut saya, lebih dari itu. Runcing ini kalo dari bahasanya adalah tajam. Tajam ini berarti bisa diambil dari kata-kata bahwa artinya ‘tepat sasaran’. Tajam itu bisa ujung pisau, bisa ujung anak panah, dan juga tajam tentang pemikiran, kira-kira seperti itu. Artinya, dari ketajaman itu, saya yakin punya visi dan misi tertentu untuk anak-anak didik khususnya SMPN 290 ini” ungkap Pak Sumardi, selaku Kasatpel Situs Marunda Rumah Si Pitung.
Kemudian, Pak Sumardi juga menyampaikan bahwa Jakarta ini multibudaya, multietnis, dan multibahasa. Selain budaya Betawi itu sendiri, yang berkembang di Jakarta itu juga ada seni-seni dan budaya dari seluruh Indonesia. Namun, khusus budaya Betawi ini menjadi kebanggaan warga Jakarta. Apapun yang terjadi, budaya Betawi ini tidak boleh ketinggalan dari budaya-budaya yang berkembang lainnya di Jakarta.
Hal senada disampaikan oleh Saleisya, perwakilan dari Abang None Jakarta Utara, yang menekankan peran penting generasi muda dalam melestarikan budaya. “Karena sudah banyaknya budaya asing yang masuk, kita harus lebih gencar lagi terutama yang bergerak di duta pariwisata untuk memperkenalkan kepada generasi-generasi selanjutnya, tentang budaya Betawi, agar terus lestari di masa depan”.
Dari sisi praktisi budaya, Syafei yang merupakan pengrajin ondel-ondel dan juga pengajar di pos Kerajinan Tangan Ondel-Ondel, turut mengapresiasi antusiasme peserta dan keseriusan panitia dalam menghadirkan kegiatan yang berdampak. “Kegiatan RUNCING ini sangat positif ya bersama LSPR, anak-anak pun sangat antusias untuk belajar, dan teman-teman panitia pun sangat luar biasa, mereka begitu apik menata acara biar lebih hidup”.
Selain mengadakan kegiatan mengajar, RUNCING juga meluncurkan e-book mengenai pengenalan Budaya Betawi. Materi e-book ini menggunakan booklet Abang None Jakarta Utara 2024 sebagai referensi. E-book ini bisa diakses melalui QR Code yang nanti akan ditempelkan di Situs Marunda Rumah Si Pitung dan di SMPN 290.
Sebelumnya, RUNCING telah mengadakan kegiatan sosial berupa program mengajar interaktif di Cilincing, Jakarta Utara, khususnya di Kampung Baru Nelayan, dengan menggandeng sekolah informal, Sekolah Di Utara. Main event kali ini, RUNCING kembali menghadirkan kegiatan serupa dengan mengusung topik baru, yaitu pelestarian budaya Betawi, dan berkolaborasi dengan sekolah formal SMPN 290 Marunda, Cilincing. Main event RUNCING dijadwalkan berlangsung pada 23 – 24 April 2025 di salah satu tempat wisata budaya Betawi, yakni Unit Pengelola Museum Kebaharian Jakarta, Situs Marunda Rumah Si Pitung.
Pada pre-event kemarin (12/04/2025) RUNCING telah mengadakan kegiatan walking tour yang dibuka untuk publik dalam rangka untuk mengajak masyarakat mengenal lebih dalam mengenai budaya Betawi, serta merekrut volunteer atau relawan untuk menjadi bagian dari panitia acara RUNCING #BerbudayeDiCilincing ini.
Sebagai program non-thesis oleh mahasiswa LSPR Institute, RUNCING membuktikan bahwa pembelajaran tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga melalui aksi nyata yang berdampak pada masyarakat dan budaya lokal. (why)
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Binomedia.id