Binomedia.id – Lonjakan kasus nyeri punggung kronis dan cedera tulang belakang menjadi tantangan besar di dunia kesehatan, termasuk di Indonesia. Menjawab hal ini, Gyeonggi International Medical Association (GIMA) bersama Korea Medical Devices Association (KMDA) menggandeng mitra Indonesia untuk memperkuat kolaborasi medis melalui seminar internasional bertajuk “KOREA–INDONESIA 2025 Medical Collaboration: Neurosurgery & Orthopedic Care.”
Acara yang digelar secara hybrid di Klinik Artikulaar, Jakarta Selatan, ini dihadiri ratusan profesional kesehatan lintas bidang — mulai dari dokter ortopedi, ahli bedah saraf, rehabilitasi medik, hingga manajemen rumah sakit. Kolaborasi ini menjadi langkah strategis mempercepat transfer ilmu, teknologi medis, dan standar praktik klinis terkini di bidang muskuloskeletal dan neurologi.
Kasus Nyeri Punggung Meningkat, Indonesia Perlu Solusi Modern
Menurut Global Burden of Disease Study 2021, nyeri punggung bawah (low back pain) merupakan penyebab utama disabilitas di seluruh dunia.
Di Indonesia, jumlah penderita meningkat signifikan akibat gaya hidup sedentari, kurangnya aktivitas fisik, serta peningkatan usia harapan hidup.
“Melalui forum ini, kami ingin membangun jembatan kolaborasi berkelanjutan antara tenaga medis Indonesia dan Korea Selatan. Tujuannya agar layanan kesehatan kita semakin berkualitas dan berbasis teknologi modern,” ujar dr. Alif Noeriyanto Rahman, Sp.OT, Komisaris Klinik Artikulaar Orthopedic.
Inovasi 3D-Printed Titanium Cage: Era Baru Pengobatan Personalisasi
Salah satu fokus utama seminar ini adalah inovasi Epiphyseal Supporting Customized 3D-Printed Titanium (3DP-Ti) Cage for TLIF — teknologi implan ortopedi berbasis 3D printing yang dirancang sesuai anatomi pasien.
Teknologi ini membuka jalan menuju pengobatan personalisasi (personalized treatment) di dunia ortopedi.
Selain itu, turut diperkenalkan prosedur Lumbar Epideuroneurolysis, metode terapi minimal invasif untuk menangani stenosis kanal lumbal tanpa operasi terbuka.
Pendekatan ini menurunkan risiko komplikasi, mempercepat pemulihan, dan mengurangi rasa nyeri pasca-tindakan.
“Inovasi seperti personalisasi implan 3D dan teknik minimal invasif memberikan manfaat nyata bagi pasien — nyeri lebih ringan, risiko lebih kecil, dan pemulihan lebih cepat,” jelas dr. Muhamad Aulia Rahman, Sp.BS-FTB, FINSS, dari Primaya Hospital Bekasi Timur.
Pakar Korea dan Indonesia Bahas Masa Depan Bedah Saraf
Acara ini turut menghadirkan para pakar dari kedua negara, di antaranya:
Dr. Na Hwa Yeop, MD, PhD – Direktur Bedah Ortopedi, Bundang Jaesaeng Hospital, Korea Selatan
Prof. Im Soo Bin, MD, PhD – Departemen Neurosurgery, Soonchunhyang University Bucheon Hospital
Seo Kyeong Jin – Perwakilan Pemerintah Provinsi Gyeonggi
dr. Alif Noeriyanto Rahman, Sp.OT – Klinik Artikulaar Orthopedic
dr. Muhamad Aulia Rahman, Sp.BS-FTB, FINSS – RISEandSPINE Primaya Hospital Bekasi Timur
“Pertukaran keahlian ini memungkinkan kami membawa teknik bedah saraf terkini ke Indonesia. Banyak pasien yang sebelumnya tidak cocok untuk operasi besar kini bisa ditangani dengan metode lebih ringan dan efektif,” tutur dr. Aulia yang pernah mengikuti medical course di Provinsi Gyeonggi.
Arah Baru Dunia Ortopedi: Dari Perbaikan Tulang ke Restorasi Fungsi Tubuh
Menurut dr. Alif, arah ortopedi modern kini tak sekadar memperbaiki struktur tulang, tetapi juga mengembalikan fungsi tubuh dan kualitas hidup pasien.
“Teknologi Customized 3D-Printed Titanium Cage for TLIF adalah masa depan pengobatan personalisasi. Kolaborasi seperti ini penting agar Indonesia mampu mengimbangi kemajuan global di bidang ortopedi dan bedah saraf,” jelasnya.
Sementara itu, Prof. Im Soo Bin menegaskan kesiapan Korea Selatan membuka peluang kerja sama lebih luas.
“Kami siap berbagi teknologi dan pengalaman klinis. Biaya layanan kesehatan di Korea juga relatif terjangkau dibandingkan negara lain di Asia,” ujarnya.
Langkah Menuju Kemitraan Medis Berkelanjutan
Selain tenaga medis, seminar ini juga melibatkan akademisi dari Universitas Padjadjaran dan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).
Ke depan, kolaborasi ini diharapkan berkembang menjadi kerja sama Government-to-Government (G-to-G) antara Provinsi Gyeonggi dan Pemerintah Indonesia, meliputi riset medis, pelatihan tenaga ahli, serta pengembangan teknologi kesehatan.
Dengan semangat berbagi ilmu dan inovasi, kolaborasi Korea–Indonesia ini diharapkan dapat mempercepat transformasi layanan ortopedi dan bedah saraf nasional menuju era personalisasi, efisiensi, dan kemanusiaan yang lebih tinggi.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Binomedia.id












