Binomedia.id – Prevalensi stunting di Indonesia berdasarkan survei Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 berada pada angka 24,4 persen. Prevalensi stunting tertinggi di Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan angka 37,8 persen dan terendah di Bali 10,9 persen.
Angka Prevalensi stunting 24,4 persen ini menunjukkan satu dari empat bayi di Indonesia mengalami stunting atau gagal tumbuh dan berkembang akibat kekurangan gizi kronis. Namun demikian, di Bali tepatnya di Desa Dajan Peken, Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan, tidak ada satu pun kasus balita yang mengalami stunting.
“Kami bersyukur belum ada kasus balita stunting di sini. Kami yakin ini salah satu hasil dari rembug desa,” kata Kepala Desa (Perbekel) Dajan Peken Nyoman Sukanada di sela Kampanye Percepatan Penurunan Stunting di Desa Dajan Peken, Tabanan, Minggu (13/11).
Desa Dajan Peken berada di Kota Tabanan dengan masyarakat yang homogen. Berdasarkan data dari Puskesmas setempat, saat ini terdapat 475 balita di Desa Dajan Peken. Terdapat 1.304 pasangan usia subur (PUS) dan ada 45 ibu yang sedang hamil.
Aliran air bersih dari PDAM setempat didukung dengan sanitasi yang baik, telah mendukung upaya pengendalian stunting di yang dipimpinnya itu. Ia juga mengalokasikan anggaran dari Dana Desa untuk program pemenuhan gizi balita dan ibu hamil.
Desa Dajan Peken memiliki 10 Posyandu yang tersebar di delapan dusun. Untuk merangsang kepesertaan posyandu, aparatur Desa Dajan Peken rutin menggelar lomba posyandu dan lomba balita sehat.
Menurut Sukanada, Rembug Desa “Rumah Desa Sehat” dua kali setahun ini dilaksanakan sejak 2021 dan fokus membahas pengendalian dan pencegahan stunting. Tema-temanya dinamis, disesuaikan dengan isu-isu kesehatan kekinian.
Baca Juga: Bali dan Fenomena Bertambah Banyaknya Penduduk Usia Tua
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Tabanan I Nyoman Suratmika mengatakan hasil SSGI tahun 2022 untuk Kabupaten Tabanan menunjukkan angka penurunan.
“Informasinya 9,2 persen. Tapi tunggu hasil resminya dari Pusat. Kami yakin turun (prevalensi stunting) karena berbagai upaya maksimal yang telah kita lakukan,” kata Suratmika.
Menurut Suratmika, pada 2024, prevalensi stunting di Kabupaten Tabanan ditarget 5,4 persen. Pihaknya pun optimis target ini tercapai berkat upaya konvergensi lintas sektor. Selain itu, Pemkab Tabanan telah menerjunkan 1500 lebih sumber daya yang tergabung dalam Tim Pendamping Keluarga.
Baca Juga: Bali Merupakan Provinsi Dengan Prevalensi Stunting Terendah di Indonesia
“Kami amati kasus-kasus stunting yang terjadi didominasi faktor pola asuh. Misalnya anak korban perceraian lalu dititip ke neneknya, sama pembantu dan lainnya,” kata dia.
Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Bali Luh Gede Sukardiasih mengajak masyarakat menghapus fenomena “sing beling sing nganten” atau tidak hamil tidak menikah yang berkembang di masyarakat padahal itu jelas salah kaprah.
Jika tidak disudahi, fenomena itu menurut Luh De akan memicu lahirnya bayi stunting karena tidak direncanakan. Ia juga menyarankan para ibu memberikan asi eksklusif dan makanan bergizi seimbang bagi buah hati.
Baca Juga: Demi Mewujudkan Bali Bebas Stunting, Inovasi dan Kolaborasi Lintas Sektor Diharapkan Tumbuh dan Terjaga
“Kalau yang susah makan sayur itu bisa diakali kok. Misalnya kasi dia naget kelor. Jadi ibu itu harus kreatif dan sabar. Katanya kerja untuk anak? Iya kan?,” tegasnya.
Anggota Komisi IX DPR RI I Ketut Kariyasa Adnyana mengapresiasi semangat warga Desa Dajan Peken yang meski dalam guyuran hujan lebat tetap antusias mengikuti kegiatan yang menurutnya super prioritas ini.
“Kenapa kegiatan ini sangat penting? Karena berhubungan dengan generasi emas Indonesia menyambut 100 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia. Bapak Presiden sampai mengeluarkan Perpres,” kata Kariyasa.
Reporter : Wahyu Triono
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Binomedia.id